Monday, January 23, 2012

Burung dan Cacing

Dari seekor burung,
Kita dapat belajar tentang hidup. Bagaimana dia melewati hari-harinya dengan mencari makanan untuk anak-anaknya dan untuk dirinya sendiri. Hari ini, mungkin dia bisa memperoleh banyak makanan, tapi esok belum tentu. Akan tetapi esok harinya, dia tetap terbang lagi, mencari lagi. Hari berikutnya pun begitu. Tak kenal lelah. Tak pernah menyerah, untuk bertahan hidup. Meski dia tak bisa mendapatkan seekor larva pun, dia tetap berjuang. Dan dia tak pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya, ketika keadaan begitu sulit dilaluinya bukan? Bagaimana dengan manusia? Begitu mudahnya memutuskan urat nadinya kala tak memperoleh apa yang diinginkan. 
Dari seekor cacing,
Kita juga dapat belajar tentang hidup. Bagaimana dia menerima keadaannya tanpa tangan dan tanpa kaki. Dia hanya bisa menggeliat ketika terkena teriknya mentari. Tetapi dia tetap bertahan dengan menguburkan dirinya di dalam tanah. Tak pernah iri pada makhluk lain yang lebih lengkap organ tubuhnya. Tak pernah protes akan apa yang dimilikinya. Dengan keterbatasannya itu, justru dia memiliki kemampuan untuk menggemburkan tanah, tak seperti hewan lain. 
Dari dua hewan itu saja, sudah banyak pelajaran yang kita dapat. Apalagi jika mengamati dengan seksama alam semesta yang Ia ciptakan ini. Pastilah akan semakin terkuak betapa Dia Maha Pencipta yang selalu punya alasan untuk masing-masing yang Ia ciptakan.
Kita, manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. kita diberi akal untuk dapat bertindak jauh lebih bijak, jauh lebih baik dari makhluk lain. Tapi mengapa justru manusia lah yang sering kufur akan nikmatNya? Manusia seringkali menyerah pada keadaan yang dihadapinya. Menyalahkan apa yang terjadi padanya, bahkan mengingkari kebesaran Tuhan dengan mengakhiri hidupnya secara paksa.